Jumat, 24 Mei 2013

peta sungai siak dan sungai

Riau merupakan salah satu dari 33 Provinsi di Indonesia yang juga memiliki banyak potensi kekayaan alam dengan sungai-sumgai yang berpotensi besarsebagai pendukung perekonomian masyarakat dan pemerintah daerah Provinsi Riau. Diantara sungai-sungai yang ada di Provinsi Riau, ada salah satu sungai yang terkenal karena merupakan sungai yang terdalam di Indonesia yaitu Sungai Siak. Jika dilihat bagian hulu Sungai Siak  tersebut terletak di Kabupaten Kampar tepatnya di Kecamatan Tapung. Kabupaten Kampar memiliki sungai-sungai yang kaya dengan potensi alamnya, baik dari sungai-sungai besar maupun sungai-sungai kecil. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kampar RT/RW 2000, Dinas PU/Kimpraswil Kampar dan Provinsi melalui Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar, tahun 2009, Kabupaten Kampar memiliki 554 sungai-sungai besar dan kecil, salah satu sungai kecilnya adalah Sungai Kandis (Khairy 2012).
Sungai Kandis merupakan salah satu anak sungai yang terdapat dibagian hulu Sungai Siak. Sungai kandis letaknya jauh dari pemukiman warga sehingga sungai ini sering menjadi tujuan favorit para pemancing untuk memancing ikan di sungai tersebut, baik sebagai mata pencaharian perekonomian maupun  sebagai hobi yang sekaligus menjadikan objek pariwisata (Khairy 2012).
Sungai Siak terletak di Provinsi Riau yang secara administratif berada di lima wilayah kabupaten atau kota yaitu : Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis. Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia dengan kedalaman mencapai 20-30 meter dan lebar 100-150 meter sehingga mampu dilayari kapal-kapal besar (Pemerintah Provinsi Riau 2006 dalam Saputra 2010).
Menurut Efrizal (1999), Sungai Siak merupakan salah satu sungai besar dari empat sungai besar di Riau. Pada daerah aliran Sungai Siak berlangsung berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan polutan seperti limbah industri, perkebunan, limbah perkotaan dan pelabuhan. Berbagai kegiatan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas air Sungai Siak. Kondisi Sungai Siak terancam rusak sekarang ini, sehingga dapat mengakibatkan hilangnya habitat alami bermacam-macam ikan khas Riau akibat penurunan kualitas air.
Kerusakan Sungai Siak berakibat pada rusaknya ekosistem yang berada di sekitar sungai. Faktor penunjang yang berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ekosistem ini dikarenakan wilayah daerah aliran sungai (DAS) Siak merupakan daerah yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini dapat diketahui dengan banyaknya indusrti seperti industri penambangan minyak buni, industri pulp & paper, industri kelapa sawit, industri crumb rubber, plywood dan sebagainya (Saputra 2010).
Mulyadi (2005) mengatakan bahwa bahan pencemar yang masuk ke Sungai Siak ada yang berupa limbah cair, sedimen, nutrien, logam beracun, zat kimia beracun, pestisida, organisme patogen, sampah dan bahan-bahan penyebab turunnya oksigen terlarut dalam air. Beban limbah terbesar yang masuk ke dalam Sungai Siak adalah limbah cair yang bersumber dari industri, rumah tangga, perkebunan sawit dan pabrik makanan.


ikan tapah n me


Rabu, 27 Maret 2013

ikan tapah




Ikan tapah termasuk dalam kingdom Animalia filum Cordata subfilum Vertebrata kelas Actinopterygii ordo Siluriformes famili Siluridae genus Wallago spesies Wallago leeri. Di Indonesia khususnya di Riau dikenal dengan nama ikan tapah, hidup di Sungai besar dan Sungai kecil. Benih dari ikan tapah biasanya terdapat di muara sungai kecil yang terhubung ke sungai yang lebih besar. Pieter Bleeker merupakan salah satu ahli ikan yang sangat terkenal karena karyanya terhadap ikan di Asia Timur, di Indonesia dikumpulkan lebih dari 12.000 spesimen yang salah satunya adalah ikan tapah yang banyak terdapat di Museum Sejarah Alam di Leiden (Fishbase 2013).
Menurut Kottelat et.al (1993), Ikan tapah (W. leeri) merupakan salah satu suku dari Siluridae yaitu suku ikan berkumis air tawar, ciri khususnya adalah tidak mempunyai sirip lemak, tidak mempunyai duri pada sirip punggung dan sirip duburnya sangat panjang. Ukuran ikan dari suku ini sangat bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar. Ikan tapah merupakan salah satu ikan yang memiliki ciri-ciri tubuhnya pipih dengan ukuran maksimal 180 cm, dan mempunyai berat maksimal sampai 96 kg. Sirip dada berwarna hitam, bersifat demersal dan potamodromous. Mulut mencapai garis tepi di depan mata, mandibular barbel lebih pendek dari sirip perut. Ikan ini bersifat nocturnal, yaitu aktif pada malam hari. 
Ikan tapah merupakan salah satu jenis ikan ekonomis yang paling penting dari 31 jenis ikan yang berhasil diidentifikasi dari perairan Sungai Kampar Riau. Ikan ini sangat di gemari oleh masyarakat karena memiliki ukuran yang sangat besar (mencapai panjang 1,5 m dan berat 35 kg). Selama ini persediaan ikan tapah hanya di peroleh dari hasil tangkapan di alam, jika dilakukan terus menerus akan  dapat merusak kelestariannya bahkan menyebabkan punahnya ikan tersebut (Yurisman et al. 2010).



Sabtu, 02 Februari 2013

puisi

kemarin adalah kenangan,
hari ini adalah kenyataan dan
hari esok adalah impian..

jdi teruslah berjalan hadapi smua rintangan,
walau terkadang badai itu terlalu kuat utk di lawan.
namun aq yakin smua itu adalah cobaan menuju kebahagiaan..

tersenyumlh slalu walau bnyak yg menghina & mencaci mu,
anggap itu smua pembelajaran krn telah berbuat suatu kesalahan
yg gak mgkn dpt trlupakan..

hapuslah air mata, jgn biarkan ia kluar dgn sia-sia,
hilangknlah benci dan dendam d hati mu,
jangan biarkan ia menghuni hati mu..
tunjukan padanya kamu bsa hadapi smua.
dan raih lah apa yg telah menjadi impian mu slama ini..

Rabu, 30 Januari 2013

makan2 di kfc 24 jam jalan sudirman




laporan pratikum sistematika mikroba



Laporan Praktikum Sistematika Mikroba

“KLASIFIKASI BAKTERI DENGAN METODE TAKSONOMI NUMERIK-FENETIK”



Disusun Oleh

Nama             :  Susi kemala sari
NIM                 :  0803134673
Kelas             :  A


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Mikroba sangat beragam dalam hal ukuran, bentuk, fisiologi, dan cara hidup.  Klasifikasi ,tata nama, dan identifikasi adalah tiga hal yang berbeda tetapi saling berhubungan dalam taksonomi. Klasifikasi dapat didefenisikan sebagai penyusunan organisme ke dalam kelompok taksonomi (taksa) berdasar kemiripan atau hubungannya. Klasifikasi organisme prokariotik seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang didapat melalui eksperimen seperti tekhnik observasi,karena sifat-sifat biokimia, fisioloogi genetik,dan morfologik sering kali sesuai untuk deskripsi yang adekuat dari takson.

Skema identifikasi bukan merupakan skema klasifikasi walaupun terdapat sedikit kemiripan superfisial. Suatu skema identifikasi untuk suatu kelompok organisme dirancang hanya setelah kelompok ini telah diklasifikasi sebelumnya ,yaitu dikenali sebagai organisme yang berbeda dari organisme lainnya.

Tujuan utama dari taksonomi numerik-fenetik adalah untuk menghasilkan suatu klasifikasi yang bersifar teliti, reprodusible dan padat informasi. Taksonomi numerik juga dikenal dengan sebuatan taksonomi Adansonian ( berdasarkan nama ahli sistematika Michael Adanson ) yang didasarkan atas lima prinsip utama yaitu :

1.    Taksonomi alami ideal yaitu yang mengandung sebanyak-banyak informasi terbesar karena berdasarkan sebanyak-banyaknya karakter.
2.    Masing-masing karakter diberi nilai setara dalam mengkonstruksi takson yang bersifat alami.
3.    Tingkat kedekatan strain ( OTU ) merupakan fungsi proporsi sifat yang dimiliki bersama.
4.    Taksa yang berbeda dibentuk berdasarkan atas sifat yang dimiliki.
5.    Similaritas tidak bersifat filogenetik melainkan bersifat fenetis/ kemiripan sifat

Taksonomi numerik menggambarkan persamaan ,kemiripan dan perbedaan karakteristik bakteri. Jaccard similarity coeffficient (Sj) menyatakan sifat- sifat yang sama diantara organisme-organisme. Sedangkan Simple Matching Coeficient ( SSM ) menyatakan sifat-sifat yang sama maupun berbeda di antara organisme-organisme strain mikroba tersebut.

2.1 Cara kerja penghitungan OTU
1.    Koleksi data
Dalam taksonomi Adansonian, jumlah karakter mikrobia yang digunakan di anjurkan paling tidak sebanyak 50 karakter. Klasifikasi yang didasarkan atas jumlah unit karakter yang kurang dari 50 memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Dalam karakterisasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh sejumlah unit karakter ( t ) yang akan digunakan dalam klasifikasi strain mikrobia ( OTU ). Unit karakter yang dikoleksi sebaiknya meliputi 6 kelompok karakter fenotipik yaitu  :
a)    Karakter morfologis
b)    Karakter pengecatan
c)    Uji degradasi
d)    Uji biokimiawa
e)    Uji sumber karbon
f)     Uji tolenransi terhadap substansi tertentu
Semua data yang berupa unit karakter di masukkan kedalam matriks n x t untuk dianalisis selanjutnya. Prosedur kerja karakterisasi strain mikrobia akan di uraikan secara rinci pada bagian teknik karakterisasi fenotipik.

2.    Penghitungan nilai similaritas
Setiap strain mikrobia ( UTU ) akan dibandingkan dengan masing-masing strain yang lain. Tingkat kemiripan akan ditentukan dengan menggunakan dua cara yaitu Simple Matching Coefisient ( SSM ) dan Jaccard Coefisient.

SSM  =      ( a + d )   x  100%
                                                      a+b+c+d

SSJ  =    a   x 100%

                                                     a+b+c
Keterangan :
a = Jumlah karakter yang (+) untuk kedua strain
b = Jumlah karakter yang (+) untuk strain pertama dan (-) untuk strain kadua
c = Jumlah karakter yang (-) untuk strain pertama dan (+) untuk strain kedua
d = Jumlah karakter yang (-) untuk kedua strain
Selanjutnya nilai similaritas antara masing-masing strain yang dipasangkan ( SSM dan SSJ ) dimasukkan kedalam suatu matriks similaritas.

3.    Konstruksi dendogram berdasarkan nilai dalam matriks similaritas
Untuk menghasilkan strain( OTU )berdasarkan nilai indeks similaritas( SSm atau Sj ) maka dilakukan pengclusteran, dalam tabel analisis kluster dengan menggunakan algoritma pengklusteran average linkage. Berdasarkan hasil analisis kluster yang diperoleh selanjutnya dikonstruksi dendogram untuk mrngklasifikasikan strain mikrobia ( OTU ) dengan cara menggambar.

4.    Penentuan struktur taksonomis ( deteksiphena )
Penentuan struktur taksosnomis yang di gambarkan oleh dendogram bersifat subjektif namun ada beberapa aturan standar dalam melakukannya yaitu pendefinisian fena dengan tingkat similaritas tertentu ( misalnya > 70% ). Setelah fena didefinisikan maka proses klasiifikasi telah selesai. Banyaknya spesies strain akan ditemukan.




BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
No.
Unit Karakter (n)
Operational Taxonomi Unit OTU (t)
A
B
C
D
E

MORFOLOGI KOLONI
            AGAR PLATE
                        Ukuran Koloni

1
                                    Small (kecil)
-
+
+
-
-
2
                                    Moderate (sedang)
+
-
-
-
-
3
                                    Large (Besar)
-
-
-
-
-

                        Bentuk Koloni

4
                                    Circular
+
+
-
-
-
5
                                    Irregular
-
-
+
-
-
6
                                    Spindle
-
-
-
-
-
7
                                    Filamentous
-
-
-
-
-
8
                                    Rizoid
-
-
-
-
-

                        Tepian Koloni

9
                                    Entire
+
+
+
-
-
10
                                    Lobate
-
-
-
-
-
11
                                    Undulate
-
-
-
-
-
12
                                    Serrate
-
-
-
-
-
13
                                    Felamentous
-
-
-
-
-

                        Elevasi Koloni

14
                                    Flat
-
-
-
+
-
15
                                    Raised
-
-
+
-
-
16
                                    Convex
+
+
-
-
-
17
                                    Umbonate
-
-
-
-
-

                        Warna Koloni

18
                                    Kream
+
+
+
-
-
19
                                    Pink
-
-
-
+
-

            MEDIUM CAIR
                        Pertumbuhan bakteri

20
                                    Uniform turbidity
-
+
+
-
-
21
                                    Floculent growth
-
-
-
-
-
22
                                    Pellicle
+
-
-
-
-
23
                                    Ring
-
-
-
-
-
24
                                    Sediment
-
-
-
+
-

            AGAR TEGAK
                        Pertumbuhan Bakteri

25
                        Merata
+
+
+
+
+
26
                                    Tidak Merata
-
-
-
-
-

                        Tipe Pertumbuhan bakteri

27
                                    Filiform
-
-
-
-
+
28
                                    Enchinulate
-
-
-
-
-
29
                                    Papiliate
+
+
+
+
-
30
                                    Beaded
-
-
-
-
-
31
                                    Villose
-
-
-
-
-
32
                                    Pulmose
-
-
-
-
-
33
                                    Arborescent
-
-
-
-
-

            AGAR MIRING
                        Ketebalan Pertumbuhan Bakteri

34
                                    Tipis
-
-
-
+
+
35
                                    Sedang
+
-
-
-
-
36
                                    Lebat
-
+
+
-
-

                        Kekilatan Pertumbuhan Koloni

37
                                    Mengkilat
+
+
+
-
-
38
                                    Tidak Mengkilat
-
-
-
+
+

                        Tipe Pertumbuhan Bakteri

39
                                    Echinulate
-
-
-
-
-
40
                                    Filiform
-
-
-
-
+
41
                                    Effuse
+
-
-
-
-
42
                                    Beaded
-
-
-
+
-
43
                                    Spreading
-
+
+
-
-
44
                                    Pulmose
-
-
-
-
-
45
                                    Rhizoid
-
-
-
-
-

MORFOLOGI SEL
            PEWARNAAN GRAM
                        Bentuk Sel

46
                                    Basil
+
+
+
-
-
47
                                    Coccus
-
-
-
+
+

                        Warna Sel (Tipe Gram)

48
                                    Pink (Negatif)
+
+
-
+
+
49
                                    Ungu (Positif)
-
-
+
-
-

            PEWARNAAN ENDOSPORA
                        Kehadiran Endospora

50
                                    Ada
-
-
-
-
+
51
                                    Tidak Ada
+
+
+
+
-

                        Bentuk Sel

52
                                    Basil
+
-
+
-
+
53
                                    Coccus
-
+
-
+
-

                        Warna

54
                                    Pink
+
-
+
-
-
55
                                    Hijau
-
-
-
-
+

            PEWARNAAN TAHAN ASAM

56
                                    Biru (Negatif)
+
-
+
+
+
57
                                    Merah (Positif)
-
+
-
-
-
58
UJI BIOKIMIA
            UJI KATALASE

+
+
+
+
+
59
            UJI OKSIDASE
-
-
-
-
-
60
            HIDROLISIS PATI
-
+
+
-
-
61
            PENCAIRAN GELATIN
-
+
-
-
-
62
            FERMENTASI KARBOHIDRAT
Glukosa

+
+
-
-
-
63
Sukrosa
-
+
-
-
+
64
Laktosa
-
-
+
-
-
65
            HIDROLISIS KASEIN
-
-
-
-
+
66
            REDUKSI METYLEN BLUE (1:20.000)
-
+
-
+
+












Keterangan :            
a.    Jumlah karakter yang (+) untuk kedua strain
b.    Jumlah karakter yang (+) untuk strain pertama dan (-) bagi strain kedua
c.    Jumlah rakter yang (-) untuk strain pertama dan (+) bagi strain kedua
d.    Jumlah karakter yang (-) untuk strain kedua

Kalkulasi / Komputasi Nilai Similaritas SSm dan Sj
Hasil Perhitungan
A-B  >> a = 12 ; b = 11 ; c = 6 ; d = 37
            Ssm (A-B)      = (a+d / a+b+c+d) x 100%
                                    = (12+37 / 66) x 100%
                                    = 74,24 %

            Sj (A-B)          = (a / a+b+c) x 100%
                                    = (12 / 29) x 100%
                                    = 41,38 %

A-C >> a = 11 ; b = 8 ; c = 9 ; d = 38
            Ssm (A-C)      = (11+38 / 66) x 100%
                                    = 74,24 %

            Sj (A-C)          = (11 / 11+8+9) x 100%
                                    = 39,28 %

A-D >> a = 6 ; b =13 ; c = 9 ; d = 38
            Ssm (A-D)      = (6+38 / 66) x 100%
                                    = 66,67%
            Sj (A-D)          = (6 / 6+13+9) x 100%
                                    = 21,43%

A-E >> a = 5 ; b = 14 ; c = 10 ; d = 37
            Ssm (A-E)      = (5+37 / 66) x 100%
                                    = 63,64%
            Sj (A-E)          = (5 / 5+14+10) x 100%
                                    = 17,24%

B-C >> a = 13 ; b = 9 ; c = 7 ; d = 37
            Ssm (B-C)      = (13+37 / 66) x 100%
                                    = 75,76%
            Sj (B-C)          = (13 / 13+9+7) x 100%
                                    = 44,83%

B-D >> a = 7 ; b = 15 ; c = 8 ; d = 36
            Ssm (B-D)      = (7+36 / 66) x 100%
                                    = 65,15%
            Sj (B-D)          = (7 / 7+15+8) x 100%
                                    = 23,33%

B-E >> a = 5 ; b = 17 ; c = 10 ; d = 34
            Ssm (B-E)      = (5+34 / 66) x 100%
                                    = 59,09%
            Sj (B-E)          = (5 / 5+17+10) x 100%
                                    = 15,63%

C-D >> a =  5 ;  b = 15 ; c =  10 ; d = 36
            Ssm (C-D)     = (5+36 / 66) x 100%
                                    = 62,12%
            Sj (C-D)          = (5 / 5+15+10) x 100%
                                    = 16,67%

C-E >> a = 4 ; b = 16 ; c = 11 ; d = 35
            Ssm (C-E)      = (4+35 / 66) x 100%
                                    = 59,09%
            Sj (C-E)          = ( 4 / 4+16+11) x 100%
                                    = 12,90%

D-E >> a = 8 ; b = 7 ; c = 7 ; d = 44
            Ssm (D-E)      = ( 8+44 / 66) x 100%
                                    = 78,79%
            Sj (D-E)          = (8 / 8+7+7) x 100%
                                    = 36,36%

MATRIKS SIMILARITAS Ssm


A
B
C
D
E
A
100




B
74
100



C
74
76
100


D
67
65
62
100

E
63
59
59
79
100
CLUSTER
100
A
B
C
D
E
79
A
B
C
(D,E)
76
A
(B,C)
(D,E)
74
A (B,C)
(D,E)
67
A (B,C) (D,E)

DENDOGRAM







A

 

 
B
 
                                                                                                                              











C
 



 





D
 
                                                                                                           
                                                                                   
E
 
                                                                                                                           
                                                                                                                           

                          67    74  76      79                                                      100 

MATRIKS SIMILARITAS Sj

A
B
C
D
E
A
100




B
41
100



C
39
45
100


D
21
23
17
100

E
17
16
13
36
100

CLUSTER
100
A
B
C
D
E
45
B
(B,C)
D
E
41
A (B,C)
D
E
36
A (B,C)
(D,E)
23
A (B,C) (D,E)

A
 
DENDOGRAMN











B
 




C
 




D
 




E
 



 












                        23        36        41    45                                                      100


Terdapat 3 spesies, yaitu spesies (A) ; ( B,C) ; (D,E)









PEMBAHASAN
Pada praktikum ini diperoleh suatu bentuk klasifikasi berdasarkan unit karakter dari strain yang digunakan dengan analisis taksonomi numerik-fenetik. Strain-strain yang digunakan adalah strain bakteri, antara lain : A, B, C, D dan E. Sedangkan karakter-karakter yang digunakan dalam percobaan ini adalah 66 karakter.
Berdasarkan unit karakter yang telah diteliti, diperoleh konstruksi dendogram dari perhitungan Ssm dan dendogram dari perhitungan Sj. Hasil dari perhitungan Ssm menunjukkan angka similaritas Ssm yang lebih besar dibandingkan dengan Sj. Berdasarkan hasil perhitungan nilai similaritas dengan menggunakan Ssm maka strain bakteri yang di amati dapat di golongkan menjadi dua species karena memiliki beberapa sifat yang berbeda dan nilai similaritasnya ≥ 70%. Operational Taxonomy Unit (OTU) pada strain D dan E di golongkan ke dalam satu species sedangkan OTU pada strain A, B dan E di golongkan kedalam satu species.
Pada pengamatan karakter lima strain bakteri menurut Ssm, maka telah didapatkan data matriks Ssm A-B sebesar 74,24%, Ssm A-C sebesar 74,24%, Ssm A-D sebesar 66,67%, Ssm A-E sebesar 63,64%, Ssm B-C sebesar 75,76%, Ssm B-D sebesar 65,15%, Ssm B-E sebesar 59,09%,Ssm C-D sebesar 62,12%, Ssm C-E sebesar 59,09%, dan Ssm D-E sebesar 78,79%.
Berdasarkan analisis pengclusteran, maka strain yang pertama kali mengcluster adalah di strain D dengan strain E pada similaritas 79%jadi strain ini merupakan satu spesies, strain B dengan strain C pada similaritas 76%, sehingga strain B dan C adalah satu spesies  dan strain A pada similaritas 74% mengcluster strain A dan strain B sehingga dapat di masukkan ke dalam satu spesies. Dan yang terakhir, semua strain mengcluster (Strain A, strain B, strain C, strain D,dan strani E) yaitu pada similaritas 67%,jadi jumlahnya ada dua spesies.
Sedangkan pada pengamatan karakter lima strain bakteri menurut Sj, maka telah didapatkan data matriks Sj A-B sebesar 74,24%, Sj A-C sebesar 74,24%, Sj A-D sebesar 66,67%, Sj A-E sebesar 63,64%, Sj B-C sebesar 75,76%, Sj B-D sebesar 65,15%, Sj B-E sebesar 59,09%,Sj C-D sebesar 62,12%, Sj C-E sebesar 59,09%, dan Sj D-E sebesar 78,79%.
 Berdasarkan analisis pengclusteran, maka strain yang pertama kali mengcluster adalah di strain B dengan strain C pada similaritas 45%, strain A mengcluster strain B dan strain C pada similaritas 36%, Kedua strain yang mengcluster adalah distrain D dan strain E  pada similaritas 36%. Dan yang terakhir, semua strain mengcluster (Strain A, strain B, strain C, strain D,dan E) yaitu pada similaritas 23%.
Jika di hitung dengan menggunakan Sj, ke lima strain tersebut tidak ada yang memiliki nilai similaritas ≥70 sehingga tidak ada strain yang dapat di gabungkan kedalam species yang sama dan  jumlah speciesnya tetap, yaitu lima species. Kekerabatan paling dekat terjadi antara B dan C dengan nilai similaritas 45 %. Selanjutnya terjadi clustering antara D, dan E dengan nilai kekerabatan 36 %, membentuk kelompok. Kemudian kelompok  strain B dan strain C tersebut membentuk cluster dengan strain A pada nilai similaritas 36%.
Analisis kelompok berdasarkan karakter menurut Ssm, menunjukkan pengelompokan OTU pada dendrogram menunjukkan strain A, B dan C mengcluster tunggal sedangkan strain D dan E merupakan jenis tersendiri. Kontruksi dendogramnya menujukkan terdapat 3 spesies mikroba. Sedangkan analisis kelompok berdasarkan karakter menurut Sj, menunjukkan pengelompokan OTU pada dendogram menujukkan strain B dan C cluster tunggal dan strain A merupakan strain yg karakternya mirip dengan strain B dan C sedangkan strain D dan E juga merupakan cluster tunggal. Konstruksi dendogramnya menujukkan terdapat 3 spesies.
Tingkat kemiripan masing-masing strain ditentukan dengan menggunakan dua cara yaitu Simple Matching Coeficient (Ssm) dan Jaccard coeficient(Sj). Tingkat kepercayaan menurut saya lebih baik menggunakan Ssm karena tidak mengabaikan karakter yang tidak ada pada masing-masing strain dan persentase kemiripan ≥70%,dimana (-) pada kedua strain tetap dihitung. Sedangkan pada Sj mengabaikan karakter yang tidak ada pada kedua strain tersebut, dimana nilai (-) tidak dihitung dan persentase kemiripan ≤ 70%.


                                                  











BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan bahwa menurut Ssm terdapat dua spesies mikroba, strain A,B dan C termasuk kelompok yang sama karena memiliki indeks similaritas 74%, dan strain D dan E  termasuk kelompok strain yang sama dengan indeks similaritas 79% namun berbeda spesies dengan strain A,B dan C. Dan smua strain bergabung pada indeks similaritas 67%, sehingga di katakan spesies yang berbeda, karena indeks similaritas yang normal adalah  indeks similaritas >  70%.
Sedangkan pada Sj sebenarnya tidak terbentuk jenis atau spesies yang dianggap sama karena tidak ada yang mempunyai nilai indeks similaritas ≥ 70 %. Namun jika indeks similaritasnya >  70% maka dapat di temukan tiga jenis spesies.
Dari kedua cara yang di gunakan dalam menghitung nilai similaritas tersebut, yang paling dapat di percaya adalah Simple Matching Coeficient (SSM) karena dengan memasukkan sifat yang sama-sama tidak di miliki OTU sangat membantu dalam mengklasifikasikan bakteri. Jika bakteri tersebut sama-sama tidak memiliki suatu karakter, maka dapat di simpulkan bahwa OTU tersebut memiliki hubungan kekerabatan yang dekat







DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.http//www.penggolongan-mikroba.com diakses tanggal 28 November 2011
Hadioetomo,RS.1993.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium.PT.Gramedia.Jakarta
Lenny,Bernadeta.Petunjuk Praktikum Sistematika Mikroba.FMIPA Biologi UR.Pekanbaru
Loy, B. W. 1994. Annalisis Mikrobia Di Lahro . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Pelzar.MJ.2006.Dasar-Dasar Mikrobiologi.UI Press.Jakarta
Pramono, Hendro. 2007. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar Penggolongan     Mikroba. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga FST.
Waluyo. 2008. Teknik Dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang :                                                   UMM Press.