Ikan tapah termasuk
dalam kingdom Animalia filum Cordata subfilum Vertebrata kelas Actinopterygii
ordo Siluriformes famili Siluridae genus Wallago
spesies Wallago leeri. Di Indonesia
khususnya di Riau dikenal dengan nama ikan tapah, hidup di Sungai besar dan
Sungai kecil. Benih dari ikan tapah biasanya terdapat di muara sungai kecil
yang terhubung ke sungai yang lebih besar. Pieter Bleeker merupakan salah satu
ahli ikan yang sangat terkenal karena karyanya terhadap ikan di Asia Timur, di
Indonesia dikumpulkan lebih dari 12.000 spesimen yang salah satunya adalah ikan
tapah yang banyak terdapat di Museum Sejarah Alam di Leiden (Fishbase 2013).
Menurut Kottelat et.al
(1993), Ikan tapah (W. leeri)
merupakan salah satu suku dari Siluridae yaitu suku ikan berkumis air tawar, ciri
khususnya adalah tidak mempunyai sirip lemak, tidak mempunyai duri pada sirip
punggung dan sirip duburnya sangat panjang. Ukuran ikan dari suku ini sangat
bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar. Ikan tapah merupakan salah
satu ikan yang memiliki ciri-ciri tubuhnya pipih dengan ukuran maksimal 180 cm,
dan mempunyai berat maksimal sampai 96 kg. Sirip dada berwarna hitam, bersifat
demersal dan potamodromous. Mulut mencapai garis tepi di depan mata, mandibular
barbel lebih pendek dari sirip perut. Ikan ini bersifat nocturnal, yaitu aktif
pada malam hari.
Ikan tapah merupakan salah satu jenis ikan
ekonomis yang paling penting dari 31 jenis ikan yang berhasil diidentifikasi
dari perairan Sungai Kampar Riau. Ikan ini sangat di gemari oleh masyarakat
karena memiliki ukuran yang sangat besar (mencapai panjang 1,5 m dan berat 35
kg). Selama ini persediaan ikan tapah hanya di peroleh dari hasil tangkapan di
alam, jika dilakukan terus menerus akan
dapat merusak kelestariannya bahkan menyebabkan punahnya ikan tersebut
(Yurisman et al. 2010).